Glaukoma adalah satu di antara penyakit mata yang bisa jadi mengakibatkan pandangan mata menjadi serba gelap alias buta. Tidak hanya itu barang kali masa depan juga jadi ikut-ikutan gelap.
Dr Iwan Soebijantoro SpM , dokter spesialis mata dari Jakarta Eye Center mengatakan dari 1,2 juta penderita penyakit kebutaan mata, 0,2 persen di antaranya mengalami buta karena glaukoma.
Jika dicermati penyakit mata glaukoma merupakan penyebab kebutaan mata nomor dua di Indonesia. Berada di urutan pertama adalah katarak. Para dokter spesialis mata kerap mewanti-wanti bagi manusia dewasa yang usianya sudah masuk 40 tahun.
Glaukoma merupakan penyakit mata yang merusak saraf mata (N II atau saraf optik). Ini bisa terjadi akibat adanya tekanan bola mata atau dalam istilah kedokteran mata dikenal tekanan intra ocular (TIO) yang tinggi. Fungsi saraf mata normal akan meneruskan bayangan yang dilihat oleh mata manusia ke otak. Selanjutnya pada organ otak bayangan tersebut akan bergabung di pusat penglihatan dan membentuk suatu bayangan benda (vision).
Sedangkan bagi penderita glaukoma terjadi kerusakan serabut saraf mata dan menyebabkan blindspot (daerah tidak terlihat = titik buta). Umumnya seseorang baru menyadari terjadi glaukoma pada saat kerusakan serabut saraf optik sudah parah. Bila seluruh serabut saraf rusak, maka akan terjadi kebutaan total. Berbeda dengan katarak, kebutaan akibat glaukoma tidak dapat disembuhkan lagi namun dapat dicegah.
Dr Iwan menjelaskan di dalam bola mata terdapat cairan yang amat jernih. Namun menurutnya cairan tersebut bukan air mata tetapi disebut akuos humor. Cairan tersebut secara teratur mengalir dari tempat pembentukannya ke saluran ke luarnya. Layaknya air keran yang mengalir dari sumber air dan aliran ke luarnya. Masalahnya bila saluran keluar tersebut yaitu jaringan trabekula atau sudut bilik mata depan tersumbat, maka cairan tersebut tidak akan keluar dari dalam bola mata. Andai ini yang terjadi, maka akan terjadi tekanan yang hebat karena tekanan terhadap bolamata meningkat. Karena adanya peningkatan tekanan terhadap intra ocular bisa mengakibatkan kerusakan serabut saraf mata.
"Pada sebagian penderita ada rasa sakit kepala yang hebat," kata Dr Iwan Soebijantoro. Ini bisa terjadi sebagai akibat tekanan hebat terhadap intra ocular tersebut. Bahkan tak jarang, penderitaan hebat tersebut disertai muntahan cairan dari mulut penderita glaukoma.
Sejauh ini diketahui terdapat 4 jenis penyakit glaukoma. Pertama adalah glaukoma primer sudut terbuka. Jenis penyakit glaukoma ini biasanya terjadi pada orang-orang yang berusia lanjut. Jaringan trabekula sebagai saluran ke luar akan tersumbat dan menyebabkan tekanan intra ocular meninggi secara perlahan.
Peningkatan tekanan TIO ini perlahan merusak saraf mata ( N II) secara perlahan pula. Penderita penyakit ini disebut glaukoma primer sudut terbuka kronis. Seringkali penderita tak menyadari glaukoma primer sudut terbuka kronis karena glaukoma jenis ini merusak saraf mata secara perlahan-lahan dan tanpa disertai rasa sakit. Penderita penyakit ini tanpa tahu keadaan matanya dan pada akhirnya terjadi kebutaan atau terjadi kerusakan saraf mata yang sudah tidak dapat ditolong lagi. Hilangnya penglihatan pada jenis glaukoma ini berlangsung bertahap mulai dari titik buta (stokoma) yang kecil hingga selanjutnya menjadi besar.
Lalu ada pula glaukoma primer sudut tertutup. Penderita glaukoma jenis ini paling banyak di Indonesia. Sudut pandangan mata tiba-tiba tertutup secara mendadak. Semacam pelapis kerta yang menutup saluran keluar air dan menyumbat aliran cairan akuous humor. Bila ini yang terjadi akan ada tekanan intra ocular yang mendadak naik tinggi. Beberapa gejala klinis yang terjadi pada glaukoma jenis ini adalah tajam penglihatan turun, seperti ada pelangi bila melihat lampu, di sekitar mata ada rasa sakit yang sangat, sakit kepala serta rasa mual yang disertai muntah. Tanpa pengobatan intensif glaukoma primer sudut tertutup bisa mengakibatkan buta.
Jenis glaukoma yang ketiga adalah glaukoma sekunder. Kerusakan pada sudut bilik mata depan oleh sebab-sebab yang sudah diketahui sebelumnya. Kerusakan tersebut bisa terjadi karena kecelakaan atau trauma, obat-obatan tertentu (steroid), tumor, reaksi peradangan, serta adanya pembuluh darah yang tidak normal.
Jenis glaukoma keempat adalah glaukoma congenital. Glaukoma jenis ini sebenarnya jarang terjadi. Pasalnya penderita glaukoma congenital terjadi sejak lahir. Sudut bilik mata depan terbentuk secara tidak normal sejak lahir. Kelainan glaukoma congenital biasanya ditandai bola mata yang lebih besar dari normal, mata terlihat tidak jernih (kornea mata), keluar air mata bila melihat cahaya.
Tak perlu takut andai di antara kita ternyata mengalami glaukoma. Di Indonesia sendiri tenaga ahli kedokteran dalam bidang pengobatan mata sudah memadai. Begitu pula dengan penguasaan teknologinya. Untuk apa pergi ke luarg negeri untuk perawatan kesehatan mata terbaik. Apalagi saat ini banyak berkembang pusat kesehatan dan pengobatan penyakit mata yang dilayani Jakarta Eye Center.
Menurut Dr Iwan, secara bisnis pembukaan pusat layanan kesehatan mata sebenarnya rugi. Demikian pula dengan Jakarta Eye Center. Namun pembukaan pusat kesehatan mata buka semata-mata dengan pertimbangan bisnis. Apalagi penangan glaukoma di Indonesia saat ini pun relatif belum tertangani. "Tapi tujuannya untuk mengangkat nama Indonesia di forum internasional," kata Iwan Soebijantoro, dokter spesialis mata yang ikut membidani lahirnya Jakarta Eye Center di kawasan Cik Ditiro, Menteng Jakarta Pusat.
Menurutnya kemampuan dokter spesialis mata di Indonesia sebenarnya sudah ada dan tak kalah dibandingkan dengan para sejawatnya dari luar negeri. Oleh karena itu pembukaan Jakarta Eye Center tidak asal ada tetapi disertai dengan persiapan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni pula.
Screening Mata
Mata adalah salah satu panca indera penting yang perlu pemeriksaan dan perawatan secara teratur. Idealnya perawatan serta pemeriksaan tersebut dilakukan sejak usia dini. Bahkan screening tersebut lebih ideal sejak bayi lahir untuk mengetahui kemungkinan terjadi infeksi, cidera atau cacat mata bawaan sejak lahir.
Pemeriksaan dan perawatan mata itu sendiri berlangsung secara bertahap. Pada anak usia 2,5 hingga 5 tahun (usia pra sekolah) dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan si anak menderita gangguan tajam penglihatan (refraksi). Pemeriksaan yang terlambat terhadap tajam penglihatan pada anak pra sekolah dapat mengakibatkan anak menderita penyakit mata malas. Penyakit ini istilah bagi mata yang terkena gangguan refraksi yang syaraf penglihatannya tidak berfungsi dengan baik akibat tidak digunakannya mata tersebut untuk membaca atau melihat.
Masuk usia 10 tahun screening lebih dibutuhkan lagi. Bahkan intensitas screening pun menjadi 5 tahun sekali. Sementara pada individu yang sudah mulai memasuki usia 40 tahun screening mata perlu dilakukan setiap setahun sekali. Screening bagi individu usia 40 tahun lebih intensif dengan pertimbangan sejalan pertambahan usia sebagian orang mengalami berbagai penyakit seperti darah tinggi, diabetes, yang efeknya terhadap kesehatan mata sangat besar.
Bahkan khusus untuk glaukoma, pemeriksaan tekanan terhadap bola mata dilakukan pada pasien ketika mulai berusia 35 tahun. Ini adalah antisipasi untuk mengetahui ada atau tidak gejala glaukoma. Pada usia ini tekanan terhadap bola mata tinggi bersamaan dengan mulai muncul penyakit hipertensi. Sementara kandungan kolesterol pada manusia dewasa juga cenderung mulai tinggi. Pengukuran tekanan bola mata menggunakan alat tonometer Schiotz, tonometer applanasi, tonometri nonkontak.
Pengobatan
Lalu apa yang mesti dilakukan jika terindikasi glaukoma. Sudah pasti datang ke dokter ahli mata. Dr Donny Istiantoro SpM, juga ahli spesialis mata dari Jakarta Eye Center menjelaskan pengobatan glaukoma sebenarnya berlangsung seumur hidup. Sekali glaukoma tetap glaukoma, katanya. Menurutnya penanganan terhadap glaukoma tidak cukup hanya sekali. Dia juga mengatakan yang paling berbahaya tentunya adalah tanpa adanya keluhan dini karena glaukoma bisa bersifat akut (dadakan) dan kronis (menahun). Oleh karena itu tindakan early detection sangat penting dilakukan. "Setidaknya pemeriksaan setahun sekali sudah cukup," katanya.
Salah satu tindakan yang dilakukan dokter spesialis ahli penyakit mata, kata Donny, adalah pemberian obat-obatan yang memiliki efikasi menurunkan tekanan terhadap bola mata. Namun pemberian obat penurunan tekanan tersebut tidak akan berguna bagi serabut saraf mata yang sudah rusak.
Pemeriksaan mata oleh dokter spesialis mata dengan teratur adalah jalan terbaik untuk mendeteksi glaukoma secara dini mulai usia 40 tahun. Pemeriksaan mata yang dilakukan meliputi pengukuran tekanan intra ocular (dengan tonometer), pemeriksaan keadaan sudut bola mata dengan genioskopi. Sedangkan pemeriksaan lapang pandangan mata dengan alat perimetri. Adapun pengecekan terhadap kondisi syaraf mata digunakan alat scan Heidelberg Retinal Tomography (HRT) atau Optical Coherence Tomography (OCT).
Tekanan terhadap bola mata dikatakan normal jika berkisar ntara 10 mmHg hingga 20 mmHg. Sementara tekanan di atas 21 mmHg dicurigai terindikasi glaukoma. Meski demikian para dokter ahli spesialis mata belum tentu menyatakan terkena glaukoma bila tekanan 21 mmHg. Banyak hal ikut menjadi faktor seperti terdapatnya titik buta dan gangguan saraf mata akibat TIO yang tinggi.Pengobatan pertama bagi penderita glaukoma adalah dengan pemberian obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat tablet. Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau meningkatkan keluarnya cairan akuos humor. Cara ini diharapkan dapat menurunkan tekanan bagi bola mata sehingga dicapai tekanan yang diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan secara terus menerus dan teratur. (Mangku).
Informasi produk Timbangan Badan + Ukur Tinggi Digital Blesindo silahkan baca DISINI.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Info peluang bisnis masakan Jepang Okonomiyaki & Takoyaki pelajari infonya DISINI.
|